Berita Terbaru :

Free to Download Mp3 Batak

Anda tertarik dengan lagu-lagu batak berformat mp3? Silahkan kunjungi web ini dan dapatkan lagu mp3 batak yang disusun berdasarkan albumnya secara gratis, langsung download aja dan mainkan lagunya.

Pulo Simamora

Under construction

Bakkara

Under construction

Pulo Simamora

Under construction

Tipang

Under construction

Rabu, 29 Juni 2011

Potensi PTC (Pay to Click) sebagai penghasil dolar GRATIS!

Kepanjangan dari PTC adalah Paid To Click!, yang artinya kita akan “dibayar untuk mengklik… iklan”. Banyak para pelaku internet yang nampaknya sudah tahu akan program ini, namun nampaknya jauh lebih banyak lagi yang tidak mengetahuinya.

PTC termasuk kedalam jenis program GPT (Get Paid To Program). Ada beragam jenis program seperti ini selain PTC, diantaranya Paid To Read email, Paid To Sign up, Paid To Online Survey, Paid To Review Product, dan masih banyak lagi. Namun dari kesemua jenis program GPT tersebut, yang nampaknya cukup mudah untuk dilakukan dan terbukti menghasilkan adalah PTC.

Konsep dasar dari PTC tersebut sebenarnya cukup sederhana, anda mungkin tahu bahwa di dunia nyata terdapat begitu banyak perusahaan yang ingin mengiklankan produk mereka. Mereka mengeluarkan dana yang cukup besar hanya agar iklan mereka dilihat oleh banyak orang. Hal ini tidak hanya berlaku pada mediator industri hiburan dunia nyata seperti televisi, radio, dan sebagainya, namun juga ternyata berlaku di internet.

Berhati hatilah dengan program ini!

Perlu anda ketahui bahwa PTC bukanlah sebuah program yang selalu di back up oleh perusahaan perusahaan besar internet seperti Google, Yahoo dan sebagainya yang sudah memiliki kredibilitas cukup baik dimata dunia. Sebagian besar program ini bahkan kredibilitasnya pun masih dipertanyakan, sehingga kemungkinan terjadinya tindak penipuan masih sangatlah besar.

2 hal yang wajib anda miliki sebelum memulai program PTC

Hal pertama yang tentunya harus anda miliki sebelum memulai suatu program PTC adalah… email!, Ya, email. Saya harap anda sudah memilikinya, setidaknya satu, kalau belum sebaiknya anda buat terlebih dahulu mengingat ini benar-benar wajib dan tidak bisa di tawar-tawar lagi. Email dapat diibaratkan sebagai sebuah kunci yang dapat kita pergunakan untuk mengakses  apapun yang kita inginkan di internet.

Setelah anda memiliki email, hal selanjutnya yang wajib anda miliki adalah beberapa buah rekening. Rekening yang dimaksud dalam hal ini tentunya bukanlah rekening biasa dari bank-bank dalam negeri, melainkan rekening digital yang dapat dipergunakan untuk bertransaksi secara internasional melalui internet yang biasa kita kenal dengan istilah “e-currency”. Credit card juga termasuk kedalam e-currency, namun sayangnya penggunaan
credit card di internet terutama bagi orang Indonesia masih memunculkan banyak masalah, terutama dalam hal keamanannya. Tingginya tingkat penyalahgunaan credit card oleh para oknum neter Indonesia seperti untuk bercarding ria dan hal-hal ilegal lainnya telah membuat kondisi Indonesia ter-blacklist oleh sebagian besar merchant-merchant internasional.

Sebagai solusinya, kita dapat mempergunakan beberapa rekening seperti paypalLibertyreserve, Perfectmoney, & alertpay sebagai alat bertransaksi. Ketiga rekening tersebut cukup umum dipergunakan pada program-program PTC. Meskipun memang ada juga sebagian kecil program yang memberikan fasilitas pengiriman cek, walau biasanya kurang begitu diminati mengingat metode pengiriman tersebut cukup memakan waktu dan yang pasti memerlukan biaya pencairan. Silahkan anda mendaftar untuk memiliki ketiga jenis rekening tersebut dengan hanya mengklik link di atas satu per satu secara GRATIS!

Seberapa banyak program PTC yang perlu kita ikuti?

Bisakah kita hanya mengikuti dan fokus pada 1 program saja? Jawabanya bisa, namun sangat tidak dianjurkan. Dunia PTC merupakan sebuah dunia yang begitu cepat sekali berubah. Hari ini bisa saja suatu program dikatakan membayar, begitu dipromosikan & digembor-gemborkan orang, namun besok tiba-tiba mereka menghilang dengan tidak bertanggung jawab (ekstrimnya seperti itu).

Bukannya tidak ada, namun sangat jarang sekali kita dapat menemukan sebuah program PTC yang mampu bertahan lebih dari 1 tahun. Sementara di sisi lain, setiap bulannya selalu bermunculan puluhan hingga ratusan program-program baru, dan dari kesemuanya itu hanya sebagian kecil program yang akan benar-benar membayar kita.

Ironis sekali memang, tapi inilah kenyataannya…
Bayangkan saja apabila kita hanya mengikuti sebuah program PTC tertentu, lalu program yang kita ikuti tersebut kemudian melakukan SCAM!, bagaimana perasaan anda?, apalagi jika pendapatan anda sudah mendekati atau mencapai batas minimum payout/pembayaran yang ditentukan, pasti rasanya BT sekali… “BUKAN!”, BTnya 1000 kali malah. Sebagian besar orang yang mengalami hal tersebut biasanya akan langsung menarik diri dari dunia PTC, dan langsung memvonis hal tersebut sebagai kegiatan yang sia-sia dan tidak ada untungnya untuk diikuti.

Itulah mengapa sangat dianjurkan untuk mengikuti lebih dari satu program. Agar, manakala ada satu atau beberapa program yang kita ikuti kemudian terbukti melakukan SCAM maka kita masih tetap bisa mendapatkan penghasilan dari program-program PTC lain yang kita ikuti.

Untuk mengetahui daftar program-program PTC yang valid untuk diikuti, anda dapat mengunjungi: http://togadebataraja.blogspot.com/p/daftar-ptc.html

Tips berhemat menjalankan PTC

Yang di maksud dengan penghematan di sini adalah penghematan dalam hal uang dan waktu. Ya, sebagaimana anda ketahui bahwa waktu bisa lebih berharga di bandingkan apapun. Anda tentunya tidak mau menghabiskan cukup banyak waktu anda hanya sekedar untuk melihat iklan yang tidak jarang hanya itu-itu juga setiap harinya, “oh… pastilah sangat membosankan”.

Tipsnya sebetulnya sangat sederhana sekali, hal pertama yang harus anda lakukan adalah memastikan bahwa browser yang anda pergunakan adalah Mozilla Firefox, atau setidaknya browser-browser lain yang memiliki fasilitas multitask. Multitask yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan suatu browser dalam menampilkan beberapa website sekaligus dalam satu layar cukup hanya dengan mengklik titlenya.

Mengapa harus browser yang memiliki fasilitas multitask?

Perlu untuk anda ketahui bahwa dalam menjalankan program-program PTC, kita hanya akan di bayar setelah mengklik iklan dan mendiamkan tampilannya selama kurun waktu tertentu “yang biasanya sekitar 30 detik” sebelum kita di perbolehkan untuk menampilkan iklan yang lain pada website tersebut. Sekarang bayangkan apabila anda mengikuti puluhan program PTC seperti saya, di mana rata rata untuk masing masing program tersebut mampu menampilkan misalnya 10 iklan/hari dengan kisaran waktu rata-rata 30 detik/tampilan, belum juga di tambah dengan masalah loading website dan sebagainya.

Umpamanya saya mengikuti sekitar 30 program PTC dengan aturan rata rata seperti di atas, maka kira kira berapa waktu yang saya perlukan untuk membuka setiap tampilan iklannya satu per satu?  Kita akan coba sedikit belajar hitung hitungan seperti waktu kita SD dulu…
30 Program x 10 iklan x 30 detik/tampilan iklan = 9000 detik alias 150 menit atau 2 jam 30 menit, belum termasuk loading website, anggap saja proses total loading websitenya sekitar 1 jam. Jadi acara harian saya ini akan memakan waktu lebih dari 3 jam apabila tidak menggunakan multitask browser. Bayangkan, 3 jam lebih hanya sekedar untuk melihat iklan!.

Namun apabila kita menggunakan fasilitas multitask browser segalanya akan terasa jauh lebih ringan, meminimalkan penggunaan bandwidth, dan tentunya lebih cepat. Lebih cepat artinya lebih hemat, ini berlaku juga bagi para pengguna internet dengan hitungan (kuota) waktu, termasuk bagi para warneter, Ketika memulai, anda bisa coba membuka 3 - 4 website PTC yang berbeda sekaligus dalam satu layar, sesuaikan saja dengan kecepatan akses data internet pada komputer anda saat itu, Kalau untuk pemakaian internet pribadi
yang biasanya koneksinya cukup cepat, anda bahkan bisa membuka sampai 5 website sekaligus.

Selanjutnya silahkan anda log in dan mulai mengklik satu per satu iklan yang ada. buka website lain dan lakukan hal yang serupa, setelah iklan memunculkan lambang $/done/v atau apapun istilahnya yang mengartikan bahwa halaman iklan di website tersebut sudah dapat kita tutup, maka tutuplah segera dan klik link iklan yang lain, lakukan hal tersebut berulang ulang, niscaya anda akan menghemat lebih banyak waktu anda di depan komputer sebagai seorang clickers namun tetap dengan potensi penghasilan yang optimal.
Mengoptimalkan pendapatan dari program-program PTC

Dalam dunia PTC, anda mungkin tidak akan pernah bisa mendapatkan penghasilan yang optimal sesuai dengan yang anda harapkan apabila anda hanya menjalankan program-program tersebut sendirian. Anda perlu untuk merekomendasikan program-program tersebut kepada orang lain.

Apabila anda memiliki sebuah website maka anda bisa merekomendasikan program-program PTC yang anda ikuti tersebut di website anda, apabila anda mempunyai sebuah blog, maka rekomendasikanlah di blog anda. Berikan sedikit ulasan khusus mengenai program-program PTC tersebut, agar orang lain pun tidak akan merasa segan untuk bergabung melalui link referral anda. Proses promosi yang hanya menampilkan banner PTC di blog atau website berdasarkan pengalaman biasanya kurang begitu efektif dalam menggait referral. Keberadaan seorang referral sangat berpotensi melipat gandakan pendapatan anda nantinya.

Terima kasih, atas kesediaan anda membaca posting sederhana ini hingga akhir, harap dimaklumi apabila anda temukan masih terdapat banyak kekurangan. Segala macam kritik, saran, & pertanyaan dapat anda kirimkan langsung.

Untuk program PTC yang sangat direkomendasikan silahkan lihat di http://togadebataraja.blogspot.com/p/daftar-ptc.html


salam blogger

Sejarah Suku Batak (Bagian 5)

1331 – 1364
Di Nusantara, Kerajaan Majapahit tumbuh menjadi sebuah kerajaan yang besar dan kuat. Kekuatan Persia-Mongol tampak di India, Pakistan, Banglades dan sebagian China dan Indo-Cina serta beberapa kepulauan Nusantara, mereka tidak kuat di laut. China menguasai sebagian Samudera Pasifik khususnya laut China Selatan. Sementara itu di pedalaman Eropa manusia masih hidup dalam pengaruh Yunani dan Romawi, mereka kemudian menjadi perompak dan pembajak laut. Di daerah nusantara kaum Hokkian menguasasi jaringan ‘garong’ perompak yang terkadang lebih kuat dari kerajaan-kerajaan kecil melayu. Para pembajak laut Eropa sesekali diboncengi kaum Fundamentalis Yahudi dan pendatang baru; kaum trinitas Gereja barat yang berseberangan dengan Gereja timur yang unitarian.

Prapanca, seorang pujangga Majapahit abad ke-14, yang tekenal mengatakan di dalam Negara Kertagama bahwa Barus merupakan salah satu negeri melayu yang penting di Sumatera. Negeri Barus menjadi terkenal karena masyarakat Batak di Sumatera saat itu, Batak Pesisir, menggunakan bahasa melayu sebagai Lingua Franca.

1339
Pasukan ampibi Kerajaan Majapahit melakukan infiltrasi di muara Sungai Asahan. Dimulailah upaya invasi terhadap Kerajaan Silo. Raja Indrawarman tewas dalam penyerbuan tersebut. Kerajaan Silo berantakan, keturunan raja bersembunyi di Haranggaol.

Pasukan Majapahit di bawah komando Perdana Menteri Gajah Mada, mengamuk dan menghancurkan beberapa kerajaan lain; Kerajaan Haru Wampu serta Kesyahbandaran Tamiang (sekarang Aceh Tamiang) yang saat itu merupakan wilayah kedaulatan Samudra Pasai.

Pasukan Samudra Pasai, di bawah komando Panglima Mula Setia, turun ke lokasi dan berhasil menyergap tentara Majapahit di rawa-rawa sungai Tamiang. Gajah Mada bersma pengawal pribadinya melarikan diri ke Jawa meninggalkan tentaranya terkepung oleh pasukan musuh.

Para Keturunan Indrawarman kembali ke kerajaan dan mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Dolok Silo dan Kerajaan Raya Kahean.

1339
Kerajaan Dolok Silo dan Raya Kahean berakulturasi menjadi kerajaan Batak Simalungun, namun tetap berciri khas Hindu Jawa absolut. Konon kerajaan ini mampu berdiri selama 600 tahun. Menjadi dinasti tertua di kepulauan Indonesia di abad 20. Sekitar 250 tahun lebih tua dari Dinasti Mataram di Pulau Jawa.

Pada saat yang sama dua kerajaan lain muncul kepermukaan; Kerajaan Siantar dan Tanah Jawa. Raja di Kerajaan Siantar merupakan keturunan Indrawarman, sementara Pulau Jawa, dipimpin oleh Raja Marga Sinaga dari Samosir. Penamaan tanah Jawa untuk mengenang Indrawarman.

1350
Kelompok Marga Siregar bermigrasi ke Sipirok di Tanah Batak Selatan.

1416 – 1513
Pasukan Cina dibawah komando Laksamana  Sam Po Bo, Ceng Ho, dalam armada kapal induk mendarat di Muara Labuh di muara Sungai Batang Gadis. Salah satu misi mereka yakni mengejar para bandit dari suku Hokkian. Sebelum berangkat, pasukan Cengho yang berjumlah ribuah itu mendirikan industri pengolahan kayu dan sekaligus membuka pelabuhan Sing Kwang atau Singkuang dalam lidah lokal yang berarti Tanah Baru.

1416-1513
Orang-orang Tionghoa mulai berdatangan ke Sing Kwang dan berasimilasi dengan penduduk khususnya kelompok marga Nasution. Para Tionghoa tersebut membeli Kayu Meranti dari pengusaha setempat dan mengirimkannya ke Cina daratan untuk bahan baku tiang istana, kuil dan tempat ibadah lainnya.

Dinasti Pardosi (Pohan)

Dinasti yang memerintah di Barus Hulu yang mencakup beberapa daerah tanah Batak bagian barat termasuk Negeri Rambe (Pakkat). Didirikan oleh Raja Alang Pardosi dengan penahunan yang tidak jelas namun diyakini berdiri sejak awal-awal berdirinya kerajaan si Raja Batak di Tanah Batak, yakni lebih kurang tahun 1000 SM.

  1. Raja Kesaktian (di Toba)
  2. Alang Pardosi pindah ke Rambe dan mendirikan istana di Gotting, Tukka
  3. Pucaro Duan Pardosi di Tukka
  4. Guru Marsakot Pardosi di Lobu Tua
  5. Raja Tutung Pardosi di Tukka, berselisih dengan Raja Rambe di Pakkat.
  6. Tuan Namora Raja Pardosi
  7. Ada gap yang lama, beberapa raja difase ini tidak terdokumentasi
  8. Raja Tua Pardosi
  9. Raja Kadir Pardosi (Pertama masuk Islam)
  10. Raja Mualif Pardosi
  11. Sultan Marah Pangsu Pardosi (700-an Hijriyah)
  12. Sultan Marah Sifat Pardosi
  13. Tuanku Maharaja Bongsu Pardosi (1054 H)
  14. Tuanku Raja Kecil Pardosi
  15. Sultan Daeng Pardosi
  16. Sultan Marah Tulang Pardosi
  17. Sultan Munawar Syah Pardosi
  18. Sultan Marah Pangkat Pardosi (1170 H)
  19. Sultan Baginda Raja Adil Pardosi (1213 H)
  20. Sultan Sailan Pardosi (1241 H )
  21. Sultan Limba Tua Pardosi
  22. Sultan Ma’in Intan Pardosi
  23. Sultan Agama yang bernama Sultan Subum Pardosi
  24. Sultan Marah Tulang yang bernama Sultan Nangu Pardosi (1270 H)
Sumber: Naskah Jawi yang dialih tuliskan dari kumpulan naskah Barus dan dijilidkan lalu disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan no. ML 16. Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul "Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus".

Kisah dalam buku tersebut dimulai dengan kata-kata “Bermula dihikayatkan suatu raja dalam negeri Toba sila-silahi (Silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan .” Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian dan dalam kisah itu tercatat bahwa anaknya, Alang Pardoksi (Pardosi), meninggalkan jantung tanah Toba untuk merantau.

Alang Pardosi meninggalkan keluarga dan rumahnya sesudah bertikai dengan ayahnya, bersama istri dan pengikutnya dia berjalan ke barat. Dalam sepuluh halaman pertama diceritakan perbuatan-perbuatan Alang Pardosi yang gagah berani, tanah yang dinyatakannya sebagai haknya di rantau, jaringan pemukiman baru yang didirikannya, dan perbenturannya dengan kelompok perantau lain dari Toba.

Alang Pardosi mengklaim hak atas sebidang tanah yang luas, yang merentang dari Kampung Tundang di Rambe (Pakkat sekarang), tempat ia menetap, ke barat sampai Singkil, ke timur sampai perbatasan Pasaribu, ke hilir sampai ke tepi laut. Termasuk di dalamnya Barus.

Keluarga yang berselisih dengan Alang Pardosi adalah keluarga Si Namora. Si Namorapun telah meninggalkan rumahnya di Dolok Sanggul sebagai akibat percekcokan dalam keluarga. Bersama istrinya dia menetap di Pakkat, dan Alang Pardosi, Sang Raja, menyadari kehadirannya ketika pada suatu hari dilihatnya sebatang kayu yang mengapung di sungai. Raja memungut upeti dari Si Namora sesuai dengan adat berupa kepala ikan atau binatang apapun yang dapat dibunuh Si Namora.

Si Namora berputera tiga orang yang beristrikan ketiga puteri Alang Pardosi. Akhirnya yang sulung dari ketiga putera Si Namora yaitu Si Purba, mengambil keputusan untuk mempermasalahkan hubungan antara kedua keluarga sebagai pemberi dan penerima upeti. Maksudnya itu dilaksanakan dengan mengakali Pardosi.

Untuk itu dia harus kembali ke kampung ayahnya di Toba; dia harus mengumpulkan kekayaan keluarga berupa kain dan pusaka. Lalu dari kain-kain itu Purba membuatkan patung seekor rusa yang rupanya bukan main hebatnya dan kepalanya dipersembahkan kepada Pardosi sebagai Upeti. Alang Pardosi begitu takut melihat persembahan tersebut dan membebaskan keluarga Si Purba dari ikatan memberi upeti.

Setelah Alang Pardosi diperdaya, dia mencium adanya gugatan mengenai kedudukannya sebagai raja. Perang meletus dan si Purba memakai penghianatan untuk mengusir Alang Pardosi dan mengambil alih pemukimannya di Si Pigembar. Sebuah kudeta terjadi. Alang Pardosi kemudian mendirikan pemerintahan “in exile” di Huta Ginjang, kota yang baru dibangunnya.

Namun ada pembalasan dari pihak raja yang terusir. Saat kepemimpinan Si Purba pemukiman dirundung kelaparan. Raja yang sah, Alang Pardosi, diminta kembali untuk mengobati keadaan. Namun dia menolak dan meminta supaya si Purba membuatkannya rumah di Gotting, sebuah bukit antara Pakkat ke Barus, bukit tersebut dibelah oleh sebuh jalan yang menyempit di antara dinding batu napal yang keras, sekita lima kilometer dari Pakkat menuju Barus, di atas sebuah jalan sehingga semua orang yang ingin melalui jalan tersebut harus lewat di bawah rumahnya. Kedudukannya di persimpangan jalan-jalan penting memberi kekuasaan besar kepada Alang Pardosi yang menjadi raja yang paling berkuasa dari raja-raja Negeri Batak. Si Purba, kemudian, tinggal di tanah yang dibuka ayahnya yaitu Tanah Rambe atau Pakkat.

Jadi dalam kronik, Raja Alang Pardosi dengan demikian ditentukan sebagai pendiri garis keturunan baru. Proses ini berlanjut terus seusai dia wafat. Kedua anaknya, dari istri kedua puteri Aceh; Pucara Duan Pardosi dan Guru Marsakot Pardosi berpisah dan pindah ke arah yang berlainan supaya tidak bertikai.

Pucara Duan tinggal pindah ke arah pantai dan menetap di daerah Tukka yang pada abad ke-19 merupakan pusat besar untuk penghimpunan persediaan kapur barus dan kemenyan dan dari sana dibawa ke Barus.

Guru Marsakot pindah lebih dekat lagi ke tepi laut, ke suatu tempat yang dinamakan Lobu Tua. Di sana dia berjumpa dengan komunitas Tamil dan Hindu yang kapalnya terdampar. Guru Marsakot dijadikan raja mereka berdasarkan tuntunanya bahwa keluarganya mempunyai tanah tersebut. Maka tanah tersebut berkembang menjadi negeri yang makmur dengan nama Pancur atau Fansur menurut istilah Arab dikenal juga bernama Fanfur, yang didatangi orang India, Arab dan Aceh untuk berdagang.

Kedua cabang keluarga tersebut tetap berhubungan sampai dalam generasi berikutnya. Maka ketika anak Pucaro Duan, Raja Tutung (Raja Tuktung), terlibat dalam perselisihan dengan anak dan pengganti Si Purba, cabang keluarga dari Lobu Tua datang membantunya.

Saat Guru Marsakot wafat, ia digantikan oleh anaknya, Tuan Namura Raja. Anaknya, Raja Kadir, adalah raja pertama yang menjadi Muslim. Akhirnya Fansur diserang oleh orang “Gergasi” dan penduduk lari menyeberangi sungai untuk mendirikan dua pemukiman baru, Kuala Barus dan Kota Beriang.

Pada masa inilah, seorang putera Pasaribu, Sultan Ibrahimsyah Pasaribu mendirikan pemukiman di Barus bersama pengikutnya yang datang dari negeri Tarusan, di Minangkabau dan singgah terlebih dahulu di Bakkara. Mereka adalah keturuna Dinasti Hatorusan yang didirikan oleh Raja Uti, putera Tatea Bulan. Saat pemukiman Sultan Ibrahimsyah telah berkembang, dia baru menyadari bahwa tanah tersebut sudah ada yang menguasainya.

Anak dari Sultan Mualif, pengganti Raja Kadir setelah wafat, Sultan Marah Pangsu Pardosi, menggugat Ibrahimsyah yang menetap di negerinya. Namun Ibrahimsyah mengangkat sumpah untuk membuktikan bahwa dialah yang menjadi pemiliknya. Kompromipun terjadi dan didirikan dua pemukian di barus, yang satu di Hulu dan yang lain di Hilir.

Sultan Ibrahimsyah kemudian menikah dengan Putri Sultan Marah Pangsu. Dalam perkembangan politik berikutnya, saat wafatnya Sultan Marah Pangsu, Ibrahimsyah membunuh semua anak laki-laki Marah Pangsu agar dia bisa menjadi satu-satunya raja di Barus.

Ternyata otoritas kerajaan hulu dipegang oleh saudara Marah Pangsu yaitu Sultan Marah Sifat yang telah mengungsi dan membuka wilayah baru bernama Si Antomas (Manduamas?) pada tahun 710 Hijriyah. Marah Sifat berkoalisi dengan Aceh untuk memerangi Ibrahimsyah Pasaribu. Sultan Aceh menyatakan perang kepada penguasa tunggal Barus, Ibrahimsyahpun dipenggal dalam sebuah perang penyerbuan ke Barus pada tahun 785 Hijriyah.

Kepalanya dibawa ke Aceh dan Raja Aceh menendang dan menghinanya. Sebagai akibat perlakukan Ibrahimsyah yang marah dan tidak mau menyesal. Namun, karma terjadi kepara penguasa Aceh tersebut dan dia jatuh sakit. Supaya sembuh, dia memutuskan untuk membayar kerugian kepada kepala tersebut.

Kepala Sultan Ibrahimsyah dikirim kembali ke Barus dengan kekhidmatan dan upacara kerajaan, diiringi sepucuk surat yang membebaskan Barus dari keharusan membayar upeti kepada Aceh.

Sesudah itu kedua keluarga raja Barus; Pardosi dan Pasaribu, hidup berdampingan selaman beberapa generasi dalam hubungan yang kurang lancar. Marah Sifat digantikan oleh anaknya Raja Bongsu, Sultan Marah Bongsu. Ibrahimsyah digantikan oleh Sultan Yusuf dengan gelar Raja Uti yang kemudian gugur di Aceh ketika membalas dendam atas kematian ayahnya. Dia digantikan oleh Sultan Alam Syah yang mempunyai dia anak Raja Marah Sultan dan Sultan Nan Bagonjong Pasaribu.

Pada masa ini peraturan dan undang-undang negara dikodifikasi. Termasuk adat dan tatacara upacara dan pengangkatan pembesar. Hukum dan undang-undang yang berlaku adalah perpaduan adat Batak, adat Melayu, adat Aceh, adat Hindu dan adat orang Islam. Lebih jelas mengenai detail undang-undang tersebut lihat naskah asli dari hikayat tersebut.

Pada tahun 1050 Hijriyah atau atahun 1644 M, Belanda datang dan meminta ijin untuk bermukim dan mendirikan koloni perdagangan di Barus.

Kronik dalam buku hikayat ini juga menceritakan bahwa kepemimpinan raja-raja belia dari hulu dengan bendahara (perdana menteri) berasal dari hilir selama mereka belum akil balig.

Yang pertama dari bendahara itu ialah Marah Sultan, wali untuk anak Maharaja Bongsu, Raja Kecil. Sultan Maharaja Bongsu sendiri pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan politiknya. Pada waktu itu Marah Sultan beristrikan saudari Raja Kecil. Sesudah Marah Sultan wafat, anaknya, Sultan Marah Sihat, memfitnah Raja Kecil; kepada Daulat, raja Minang, diceritakan bahwa Raja Kecil tidak mengenal agama dan tidak mau mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan. Termakan oleh fitnah jahat tersebut, Daulat membunuh Raja Kecil. Pendukung Kesultanan Pardosi, yakni orang-orang marga Manullang mengajak Belanda untuk memerangi Raja Daulat. Dia akhirnya melarikan diri.

Meskipun demikian Sultan Marah Sihat menyarankan agar Raja Muda di Hulu Sultan Marah Pangkat Pardosi yang diangkat menjadi pengganti raja dan bukan anaknya sendiri yang bernama Sultan Larangan Pasaribu. Sultan Pangkat dianggapnya layak menjadi raja tunggal sebab dialah yang memegang pusaka-pusaka yang tepat.

Sultan Marah Pangkatpun diangkat menjadi raja pada tahun 1170 Hijriyah. Setelah dia wafat dia digantikan oleh putera mahkota Sultan Baginda Pardosi pada tahun 1213 Hijriyah. Di masa kepemimpinan Marah Pangkat, dia melakukan banyak pembaharuan politk dan hukum. Diantaranya, beberapa peraturan mengenai hak tanah, perbatasan kerajaan dan adat yang berlaku kepada rakyatnya di Barus.

Pada tahun 1194 Hijriyah, perusahaan Belanda hengkang dari Barus karena tumpur dan bangkrut. Beberapa tahun sebelum abad ke-20 mereka kembali lagi.

Raja di Hilir, Sultan Larangan marah dan kecewa dengan sikap ayahnya tersebut. Maka dia meninggalkan Barus dan menetap di Sorkam. Di sana dia menamakan diri Tuanku Bendahara meskipun dia tidak memegang tampuk pemerintahan.

Kompetisi kekuasaan antara penguasa Hulu dan Hilir yang digambarkan sebagai pertikaian Barus dan Sorkam berlangsung beberapa generasi. Di Barus, putera Sultan Marah Pangkat yakni Raja Adil, menggantikan ayahnya dan memperkukuh perjanjian-perjanjian yang ada antara Barus dan berbagai daerah Batak pedalaman. Raja Adil diangkat menjadi raja pada tahun 1213 Hijriyah (1789 M). Pada tahun 1241 H (1824 M) digantikan oleh anaknya sendiri Sultan Sailan Pardosi.

Di Sorkam sesudah Sultan Larangan wafat, saudaranya Sultan Kesyari Pasaribu mengadukan kepada komunitas Batak Pasaribu kedudukannya yang rendah, wewenangnya yang kurang besar dan alat kerajaan yang tidak boleh dipakainya. Dia berhasil, akhirnya dia diangkat menjadi Raja Bukit di Sorkam, meskipun raja Barus tidak mengakui otoritasnya.

Sultan Kesyari wafat dan digantikan oleh puteranya Sultan Main Alam. Dia terlibat perselisihan dengan kesultanan Pardosi, Sultan Sailan yang bergelar Tuanku Raja Barus. Tuanku Raja Barus tidak mengijinkan Sultan Main Alam Pasaribu untuk menggunakan alat-alat dan simbol-simbol kerajaan dalam pernikahannya.

Sultan Pasaribu ini meminta pertolongan politik dengan komunitas Meulaboh (Aceh) yang berdomisili dalam koloni mereka di Kota Kuala Gadang, Barus. Main Alam mendapatkan keinginanya saat dia diakui menjadi raja mereka dan memberinya gelar Tuanku Bendahara. Perang meletus. Antara Pasukan Pardosi dengan Pasukan Pasaribu yang didukung prajurit-prajurit Meulaboh dan Aceh dari Kuala Gadang. Dikisahkan, orang Meulaboh ternyata juga ingin mendapat pembagian kekuasaan di Barus.

Sultan Baginda Pardosi wafat pada tahun 1241 Hijriyah dan digantikan oleh Putera Sultan Sailan. Setelah Sultan Sailan wafat dia digantikan oleh putranya Sultan Limba Tua. Di era ini Belanda sudah mulai berkuasa. Mereka berhasil menduduki Barus dengan mengadu domba antara penguasa Hilir dan Hulu Barus yang selama beberapa generasi saling bunuh-bunuhan walau mereka sudah terikat tali perkawinan satu sama lain. Selama tiga generasi berikutnya Kesultanan Batak yang dipegang oleh Kesultanan Pardosi dari Tukka dan Kesultanan Pasaribu keturunan Kerajaan Hatorusan, Raja Uti, pun akhirnya punah. Kesultanan Pardosi berakhir ditangan generasi terakhir Sultan Marah Tulang yang menjadi raja pada tahun 1270 H atau sekitar tahun 1856.

Kesultanan Pardosi, mulai dari Raja Kadir Pardosi yang masuk agama Islam sampai generasi terakhir berasal dari satu keluarga dan pewarisan tahta yang dipegang oleh satu keluarga. Yaitu orang Batak yang berasal dari Tukka.

Kamis, 02 Juni 2011

Sejarah Suku Batak (Bagian 4)

1200-1285 M
Kerajaan Nagur tetap eksis di hulu sungai Pasai. Marah Silu, Raja huta Kerajaan Nagur, mantan prajurit/pegawai Kesultanan Daya Pasai saat itu, masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Malik Al Shaleh. Di atas puing-puing kerajaan Nagur tersebut, sang Raja, yang asli Batak Gayo, berhasil melakukan ekspansi dan mendirikan Kerajaan Samudera Pasai sekaligus menjadikannya sebagai Sultan pertama.

Kerabat Sultan Malik Al Shaleh, yakni Syarif Hidayat Fatahillah merupakan tokoh yang mendirikan kota Jakarta dan menjadi Sultan Banten (Emeritus) dan ikut serta mendirikan Kesultanan Cirebon. Dia, yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, adalah tokoh yang berhasil menyelamatkan penduduk pribumi dari amukan bangsa Portugis.

Sultan Malik Al Shaleh sendiri lahir di Nagur, di tanah Batak Gayo. Dia adalah mantan prajurit Kesultanan Daya Pasai, sebuah kerajaan yang berdiri di sisa-sisa kerajaan Nagur atau tanah Nagur. Nama lahirnya adalah Marah Silu. Marah berasal dari kata Meurah yang artinya ketua. Sedangkan Silu adalah marga Batak Gayo.

Sepeninggalannya (1285-1296) dia digantikan oleh anaknya Sultan Malik Al Tahir (1296-1327). Putranya yang lain Malik Al Mansyur pada tahun 1295 berkuasa di Barumun dan mendirikan Kesultanan Aru Barumun pada tahun 1299.

Dinasti Batak Gayo di Kesultanan Aru Barumun adalah sebagai berikut:

  1. Sultan Malik Al Mansyur (1299-1322)
  2. Sultan Hassan Al Gafur (1322-1336)
  3. Sultan Firman Al Karim (1336-1361), pada era nya banyak bertikai dengan kekuatan imperialis Jawa Majapahit. Di bawah panglima Laksamana Hang Tuah dan Hang Lekir, pasukan marinir Aru Barumun berkali-kali membendung kekuatan Hindu Majapahit dari Jawa.
  4. Sultan Sadik Al Quds (1361). Wafat akibat serangan jantung.
  5. Sultan Alwi Al Musawwir (1361-1379)
  6. Sultan Ridwan Al Hafidz (1379-1407). Banyak melakukan hubungan diplomatik dengan pihak Cina
  7. Sultan Hussin Dzul Arsa yang bergelar Sultan Haji. Pada tahun 1409 dia ikut dalam rombongan kapal induk Laksamana Cengho mengunjungi Mekkah dan Peking di zaman Yung Lo. Dia terkenal dalam annals dari Cina pada era Dinasti Ming dengan nama “Adji Alasa” (A Dji A La Sa). Orang Batak yang paling dikenal di Cina.
  8. Sultan Djafar Al Baki (1428-1459). Meninggal dalam pergulatan dengan seekor Harimau.
  9. Sultan Hamid Al Muktadir (1459-1462), gugur dalam sebuah pandemi.
  10. Sultan Zulkifli Al Majid. Lahir cacat; kebutaan dan pendengaran. Pada tahun 1469, kesultanan Aru Barumun diserang oleh kesultanan Malakka, atas perintah Sultan Mansyur Syah yang memerintah antara tahun 1441-1476. Kota pelabuhan Labuhanbilik dibumihanguskan dan Angkatan Laut Kesultanan Aru Barumun dimusnahkan.
  11. Sultan Karim Al Mukji (1471-1489)
  12. Sultan Muhammad Al Wahid (1489-1512). Gugur dalam pertempuran melawan bajak laut Portugis.
  13. Sultan Ibrahim Al Jalil (1512-1523) ditawan dan diperalat oleh Portugis.

1292-1302 M
Sultan Marah Pangsu Pardosi naik tahta, memerintah di Barus Hulu yang mencakup beberapa negeri diantaranya Negeri Rambe, menggantikan ayahnya Sultan Mualif Pardosi, (700-710 H). Kakeknya Sultan Kadir Pardosi merupakan turunan pertama, dari Dinasti Pardosi, dari Tukka, yang masuk Islam.

Dinasti Pardosi sejak dahulu kala sampai abad ke-19 adalah:

  1. Raja Kesaktian (Bermarga Pohan di Toba)
  2. Alang Pardosi pindah ke Rambe dan mendirikan istana di Gotting, Tukka
  3. Pucaro Duan Pardosi di Tukka
  4. Guru Marsakot Pardosi di Lobu Tua
  5. Raja Tutung Pardosi di Tukka, berselisih dengan Raja Rambe di Pakkat.
  6. Tuan Namora Raja Pardosi 
  7. Ada gap yang lama, beberapa raja difase ini tidak terdokumentasi
  8. Raja Tua Pardosi
  9. Raja Kadir Pardosi (Pertama masuk Islam)
  10. Raja Mualif Pardosi
  11. Sultan Marah Pangsu Pardosi (700-an Hijriyah)
  12. Sultan Marah Sifat Pardosi
  13. Tuanku Maharaja Bongsu Pardosi (1054 H)
  14. Tuanku Raja Kecil Pardosi
  15. Sultan Daeng Pardosi
  16. Sultan Marah Tulang Pardosi
  17. Sultan Munawar Syah Pardosi
  18. Sultan Marah Pangkat Pardosi (1170 H)
  19. Sultan Baginda Raja Adil Pardosi (1213 H)
  20. Sultan Sailan Pardosi (1241 H )
  21. Sultan Limba Tua Pardosi
  22. Sultan Ma’in Intan Pardosi
  23. Sultan Agama yang bernama Sultan Subum Pardosi
  24. Sultan Marah Tulang yang bernama Sultan Nangu Pardosi (1270 H).

1292 M
Pada abad-13 Ibnu Said membicarakan peranan Barus sebagai pelabuhan dagang utama untuk wilayah Sumatera (Ferrand 112). Marco Polo mengunjungi Sumatera pada tahun 1292 M, dan menulis bahwa Barus merupakan sebuah kerajaan, yang agak tergantung kepada Cina, tetapi merupakan pelabuhan rempah-rempah yang penting dan memiliki otonomi (Krom 339).

1293 – 1339 M
Penetrasi orang-orang Hindu yang berkolaborasi dengan Bangsa Jawa mendirikan Kerajaan Silo, di Simalungun, raja pertama bernama Indra Warman dengan pasukan yang berasal dari Singosari. Pusat Pemerintah Agama ini berkedudukan di Dolok Sinumbah. Kelak direbut oleh orang-orang Batak dan di atasnya didirikan cikal bakal kerajaan-kerajaan Simalungun dengan identitas yang terpisah dengan Batak. Kerajaan Silo ini terdiri dari dua level masyarakat; Para Elit yang terdiri dari kaum Priayi Jawa dan masyarakat yang terdiri dari kelompok Marga Siregar Silo.

Dinasti Pasaribu (Hatorusan)

Dinasti ini didirikan oleh Raja Uti putra Tateabulan. Bila Dinasti Sorimangaraja berakhir di tanah Batak bagian selatan (Tapanuli Selatan), maka Dinati Hatorusan ini berakhir di Barus, atau tanah Batak bagian barat.

Ibukotanya sendiri berada di kota-kota pesisir. Di antaranya Singkel, Fansul dan Barus. Raja Uti yang mendirikan kerajaannya di wilayah Limbong Sagala memerintahkan pemindahan kekuasaan ke wilayah fansur.

Sejarah regenerasi Raja Uti, mulai dari 1000 tahunan sebelum masehi sampai salah satu keturunanya yang bergelar Raja Uti VII di tahun 1500-an, tidak terdokumentasi dalam penanggalan yang jelas. Namun secara umum, dia memiliki beberapa keturunan, yang sempat diketahui namanya. Namun mungkin saja antara satu nama dengan nama yang lain berjarak puluhan sampai ratusan tahun. Karena kerajaan Hatorusan selalu hilang dan mucul kembali sesuai dengan percaturan politik.
  1. Datu Pejel gelar Raja Uti II
  2. Ratu Pejel III
  3. Borsak Maruhum
  4. Raja Uti V bergelar Datu Alung Aji
  5. Raja Uti VI yang bernama Longgam Parmunsaki.
  6. Raja Uti VII bernama Datu Mambang Di Atas.
Selama pemerintahan Raja Uti VII, abad ke-16, pemerintahan kerajaan mulai goyah. Ekspansi kerajaan telah meluas sampai ke beberapa wilayah di Aceh. Raja Uti VII diceritakan memindahkan ibu kota kerajaan ke wilayahnya di bagian utara yang sekarang masuk kedalam pesisir Aceh.

Tidak diketahui secara pasti alasan pemindahan ibukota kerajaan. Namun diduga bahwa, telah ada sebuah gerakan oposisi yang bermaksud untuk mengkudeta Raja. Kekuatan pemberontak tersebut berasal dari pedalaman Batak. Kerajaan memang sudah mengalami kegoncangan setelah sebelumnya bebeberapa kerajaan kecil yang menjadi subordinat telah memilih memisahkan diri.

Sang Raja VII mempunyai beberapa panglima di antaranya seorang panglima yang sangat tangguh yang juga kebetulan adalah kemenakannya sendiri. Putra dari seorang saudari perempuannya, Boru Pasaribu. Dia bernama Mahkuta alias Mahkota yang dikenal di kalangan Batak dengan sebutan Manghuntal putra seorang datu bermarga Sinambela dari pusat Batak. Dia dididik di istana kerajaan dan menjadi Panglima yang menguasai matra Angkatan Darat dan Laut.

Ketika Portugis pertama sekali menyerang daerah tersebut, Panglima Mahkuta memimpin bala tentaranya dan memenangkan peperangan tersebut. Selain mendapat serangan dari pihak luar, kerajaan juga mendapat pemberontakan di dalam negeri.

Mahkuta kemudian diperintahkan untuk menumpas pemberontakan di sentral Batak tersebut. Dalam usahanya menumpas pemberontak, di ibukota kerajaan terjadi kudeta dan perebutan kekuasaan. Kerajaan terpecah dalam kerajaan-kerajaan kecil. Mahkuta alias Manghuntal mendirikan Dinasti Sinambela (Sisingamangaraja) di Bakkara.

Sementara itu, komunitas Pasaribu di Barus, para keturunanan Raja Uti, meneruskan hegemoni Dinasti Pasaribu dengan naiknya Sultan Ibrahimsyah Pasaribu menjadi Sultan di Barus Hilir. Ada pendapat sejarah yang mengatakan bahwa Sultan Ibrahimsyah Pasaribu adalah orang yang memberi kekuasaan kepada Manghuntal, Mahkuta, untuk mendirikan kerajaannya di Bakkara. Dengan demikian dialah yang bergelar Raja Uti VII tersebut (?).

Selain nama-nama di atas, berikut adalah nama-nama Dinasti Hatorusan berikutnya:
  1. Sultan Ibrahimsyah Pasaribu (Gelar Raja Hatorusan). Wafat 1610 Masehi.
  2. Sultan Yusuf Pasaribu
  3. Sultan Adil Pasaribu
  4. Tuanku Sultan Pasaribu
  5. Sultan Raja Kecil Pasaribu
  6. Sultan Emas Pasaribu
  7. Sultan Kesyari Pasaribu
  8. Sultan Main Alam Pasaribu
  9. Sultan Perhimpunan Pasaribu
  10. Sultan Marah Laut bin Sultan Main Alam Pasaribu pada tahun 1289 rabiul akhir atau pada tanggl 17 Juni 1872 menuliskan kembali Sejarah Tuanku Badan (Tambo Barus Hilir) yang menceritakan silsilah kerajaan Hatorusan di Barus, dari sebuah naskah tua peninggalan leluhurnya yang hampir lapuk.

Rabu, 01 Juni 2011

Dinasti Sagala (Sorimangaraja)

Masa penguasaan atau kejayaan dinasti sorimangaraja dapat dipilah dalam beberapa dekade yaitu :

1. Sorimangaraja I-XC (1000 SM-1510M)
2. Sorimangaraja XC (1510). Dikudeta oleh orang-orang marga Simanullang
3. Raja Soambaton Sagala menjadi Sorimangaraja XCI
4. Sorimangaraja CI (ke-101) 1816 M dengan nama Syarif Sagala. Sudah Masuk Islam

Dinasti ini berdiri di pusat tanah Batak, Sianjur Sagala Limbong Mulana (SSLM) sejak berabad-abad sebelum masehi dan kemudian berkembang di tanah Batak selatan atau Mandailing, Angkola dan Natal.

Pada fase 1000 SM – 1510 M, dari ibukotanya di SSLM, dinasti Sorimangaraja memerintah selama 90 generasi dalam sebuah bentuk kerajaan teokrasi, Rajanya bergelar Datu Nabolon.

Dinasti ini pernah mengalami guncangan politik dalam negeri yang hebat saat pihak komunitas Batak di Simalungun memisahkan diri pada tahun antara 600-1200 M dan mendirikan Kerajaan Nagur yang menjadi fondasi terhadap kesultanan Islam di tanah Batak perbatasan Aceh dan di Aceh sendiri.

Melihat luasnya cakupan kerajaan ini, kalangan komunitas Batak di tanah karo dusun, juga akhirnya memilih untuk memisahkan diri dan mendirikan kerajaan Haru Wampu. Pemisahan diri tersebut juga berakibat kepada pemisahan sistem sosial dan identitas.

Pada tahun 1510, pemerintahan Sorimangaraja XC dikudeta oleh orang-orang marga Si Manullang. Informasi ini didapat dengan menganalisa legenda dan cerita rakyat di Kerajaan Dolok Silo di Simalungun yang menyebutkan bahwa Dinasti Sorimangaraja dikudeta oleh orang-orang marga Simanullang hanya dua tahun paska kemenangan Sultan Aceh yang pertama dalam mengalahkan Raja Haru Wampu yang keempatbelas.

Dalam peristiwa tersebut, atas perintah Sultan Ali Mughayat Syah, Panglima Manang Sukka (Seorang Batak Karo) merebut daerah Haru Wampu pada tahun 914 H atau 1508 M. Banyak kisah dan sejarah Batak yang sangat kaya tersebut tidak dilengkapi dengan tarikh dan penanggalan yang jelas. Namun karena kejadian-kejadian tersebut selalu berhubungan dengan kesultan dan kerajaan-kerajaan Aceh, yang sudah banyak tenaga ahlinya menuliskan sejarah yang bertanggal, maka sangat mudah untuk memastikan tahun-tahun kejadian di kerajaan Batak tersebut.

Orang-orang marga Simanullang sempat berkuasa di tanah Batak pada tahun 1510-1550 M, Namun akhirnya kekuasaan mereka redup dan digantikan oleh Dinasti Sisingamangaraja. Kekuasaan orang-orang marga Simanullang direbut oleh seorang Datu marga Sinambela.

Dinasti Sisingamangaraja sendiri memerintah percis dalam tahun-tahun yang sama dengan pemerintahan Dinasti Sultan Ali Mughayat Syah (1513-1904 M). Oleh sebab itu, terdapat banyak angka-angka tahun di dalam tarikh hijriah perihal raja-raja Sisingamaraja ada di dalam buku-buku hikayat perang Aceh. Raja-raja Sisingamangaraja sendiri selalu menuliskan penanggalan mereka dalam tarikh hijriyah. Misalnya, stempel kerajaan yang bertanggal hijriyah.

Saat kejatuhan dinasti Sorimangaraja, mereka kemudian, pindah ke tanah Batak Selatan. Di sana mereka berusaha untuk menampilkan kembali kejayaan mereka yang dulu. Mereka sangat disegani oleh raja-raja lokal di Tapanuli Selatan sekarang ini.

Raja Soambaton Sagala menjadi Sorimangaraja XCI. Dia migrasi ke selatan melewati tanah Batak yang aman dalam kekuasaan Dinasti Hatorusan (Pasaribu) dan Dinasti Pardosi.

Raja Soambaton diikuti oleh dua orang pengawal pribadinya; Tahi Sitanggang dan Bonggar Simbolon. Di daerah ini Tahi Sitanggang dan Bonggar Simbolon dalam sebuah perayaan Tabut Hassan Hussein memeluk agama Islam dan keduanya menikah dengan putri-putri Batak Syiah di teluk Sibolga.

Keduanya membangun kampung-kampung komunitas Batak di Teluk Sibolga dalam bentuk masyarakat maritim. Mereka banyak menjadi pelaut dan bekerja pada kapal-kapal musafir asing yang singgah di daerah tersebut. Komunitas mereka ini berkembang sampai ke daerah Ujung Karang yang sekarang bernama Padang. Orang-orang Batak yang berasal dari Humbang, Toba dan Silindung ini saat itu menganut agama Islam mazhab syiah karmatiyah lengkap dengan perayaan Tabuik-nya (Tabuk Hassan Hussein).

Raja Soambaton sendiri memilih untuk meneruskan perjalanannya ke Sipirok melalui Batangtoru dan Marancar. Di sana dia berkesempatan menjadi seorang Ahli Hujur Panaluan dalam tradisi perayaan ritual Upacara Gajah Lumpat. Berkat posisinya tersebut dia akhirnya diangkat menjadi Datu Nahurnuk oleh penduduk lokal di Sipirok yang kebanyakan bermarga Siregar.

Dia kemudian membangun singgasananya di Sampean, di atas bukit Dolok Pamelean di bawah pohon Bona Ni Asar. Dia resmi diakui oleh raja-raja lokal di Sipirok menjadi Sorimangaraja yang ke-91. Pasar Sipirok dan Dolok Pamelean menjadi pusat pemerintahan yang ramai.

Pada tahun 1816, Sorimangaraja CI (ke-101) menjadi pemeluk agama Islam dengan ajakan Raja Gadumbang. Dia mengucapkan syahadat dan mengganti namanya menjadi Syarif Sagala. Pada tahun 1834, hegemoni raja-raja Batak yang menjadi kaum adat mendapat tantangan dari kaum Padri yang berasal dari Sumatera Barat.

Dua orang saudara Syarif Sagala yakni; Jamaluddin Sagala dan Bakhtiar Sagala kembali menganut agama tradisional Batak. Sejarah Batak pada tahap ini seakan berhenti dengan intrusi orang-orang Eropa; Inggris dan Belanda.

Orang-orang marga Sagala yang kembali menganut agama tradisional Batak tersebut akhirnya dikristenkan oleh Pendeta Gerrit van Asselt menjadi penganut protestan kalvinist. Paska kemerdekaan RI, orang-orang marga Sagala yang kristen yang jumlahnya sedikit hidup dengan aman penuh toleransi dari saudara-saudara mereka di Sipirok, tepatnya di kampung Sampean yang praktis seluruhnya beragama Islam.

Simamora Debataraja